Rezim Suharto telah berkuasa di Indonesia selama lebih dari 30 tahun, berkali-kali menutup demokrasi. Sangat kritis terhadap rezim dan tidak takut mengutarakan pendapatnya, Wiji Thukul adalah seorang penyair yang kata-katanya sering diteriakkan dengan bangga oleh massa saat protes politik. Ketika kerusuhan terjadi di Jakarta pada tahun 1996, ia dan beberapa aktivis lainnya dituduh bertanggung jawab. Terpaksa melarikan diri, Wiji melarikan diri ke Pontianak di Kalimantan di mana dia bersembunyi selama delapan bulan, terkadang tinggal bersama orang asing. Di sana, ia harus berganti identitas beberapa kali, namun terus menulis puisi dan cerita pendek dengan nama pena. Sementara itu, di Solo, Jawa Tengah, istrinya, Sipon, tinggal bersama kedua anaknya dalam pengawasan ketat. Pada Mei 1998, Wiji Thukul dinyatakan hilang, sebulan sebelum Soeharto digulingkan oleh rakyatnya sendiri.
